Tertawa Pengobat Gila
Bila aku tak menemukan ujung
Aku akan berhenti mencari nafas
Semua akan datang
Bila lelah
Hahaha
Aku ingin tertawa
Tertawa saja
Bukankah diriku cukup lucu?
Tertawa gila
Barangkali itu penenang luka
Kau tahu? aku sangat ingin tertawa. Tanpa sebab apa-apa. Tanpa Lelucun maupun kelucuan di atas komedi. Sekadar tertawa, lebih tepatnya menertawai diriku sendiri. Gila?. Tentu aku bangga dengan panggilan itu. Hidup ini sangat mirip drama yang penuh lelucon. Barangkali selama ini aku telah menjadi panggung bagi para pelawak. Bersorak agak lucu, lalu tertawa. Hahaha.
Banyak kisah yang belum selesai dimainkan. Lalu aku hanya melanjutkan dengan tawa gila. "Perkenalakan, namaku Majnun", haha lelucon macam apa aku ini. Memulai perkenalan yang sangat aneh. Namanya saja gila. "Biar tho", balasku sendiri. Aneh bukan?. Sekali lagi, bila kau jumpai aku di depanmu, tertawakanlah aku. Barangkali saat itu sedang diam, pura-pura bisu, pura-pura sedih, dan pura-pura diam. Tertawakanlah.
Sejak dulu, kemaren, dan bahkan tadi pagi. Aku seperti berimajinasi tinggi. Menatap paras yang asing seperti kita kenal lama. Aneh bukan?. Kutulis beberapa banjar kalimat perkenalan di selembar kertas kecil. Menyelipkan nama Tuhan, email yang barangkali mau menghubungiku. Hahaha, lucu sekali. Tapi, Jemari kanan dengan pewarna kuku merah, jemari kiri dengan pewarna kuku silver. Ah, sebuah cincin juga melingkar manis di jari tengahnya. Apalagi dua mata beningnya, dan semuanya kutemukan dari balik kaca kereta apa. Malioboro Express, gerbong E-3, dengan nomor duduk 17 D dekat jendela. Haha, terlalu lugu aku untuk mencari kebahagian. Mirip orang yang baru selesai dirundung duka.
Comments
Post a Comment